Selasa, 30 Maret 2010

ZeuApp Bisa Install 82 Aplikasi Gratisan & OpenSource dengan Mudah -UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU-

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU
Loading ... Loading ...

Wow bagi pencinta gratisan dan opensource, sekarang ada software yang asik, bisa mempermudah kita menginstall banyak aplikasi gratis atau open source untuk windows dengan mudah dan efektif.

Ada software bernama ZeuApp yang merupakan dashboard atau software dengan tampilan seperti panel dengan icon dan deskripsi aplikasi yang tersedia. Anda dapat menavigasi aplikasi berdasar tipe, seperti CD Burner, P2P, Office, dll.

Di tiap tab ada daftar aplikasi dengan tombol Download dan kunjungi Website untuk mempermudah kita mendownload dan otomatis menjalankan installer atau mengunjungi websitenya untuk info lebih lanjut.

ZeuApp sendiri adalah freeware, portabel dan bisa dijalankan di Windows saja. Anda bisa mendownload dan mendapatkan informasi lebih lanjut tentang ZeuApp di:

http://blog.zeusoft.net/zeuapp

Sumber: Lifehacker


Diunduh dari : http://www.beritateknologi.com/zeuapp-bisa-install-82-aplikasi-gratisan-opensource-dengan-mudah/


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Kamis, 25 Maret 2010

Issue Global Warming -UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU-

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU




Climate Change and Global Warming

  • by Anup Shah

Global warming and climate change is looked at in this section of the global issues web site. Introduced are some of the effects of climate change. In addition, this section attempts to provide insights into what governments, companies, international institutions, and other organizations are attempting to do about this issue, as well as the challenges they face. Some of the major conferences in recent years are also discussed.

Climate Change and Global Warming Introduction

The climate is changing. The earth is warming up, and there is now overwhelming scientific consensus that it is happening, and human-induced. With global warming on the increase and species and their habitats on the decrease, chances for ecosystems to adapt naturally are diminishing.

Many are agreed that climate change may be one of the greatest threats facing the planet. Recent years show increasing temperatures in various regions, and/or increasing extremities in weather patterns.

This section looks at what causes climate change, what the impacts are and where scientific consensus currently is.

Read “Climate Change and Global Warming Introduction” to learn more.




UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Artikel Pro dan Kontra Pemanasan Global -Universitas Surabaya Kampus Hijau-

Pro dan Kontra Pemanasan Global (Global Warming)



Meskipun (menurut perasaan) temperatur di sekitar kita terlihat berfluktuasi secara tetap, namun pada kenyataannya (berdasarkan data yang ada) ternyata selama 50 tahun terakhir ini temperatur rata-rata di Bumi telah naik secara cepat. Penyebab utama naiknya temperatur Bumi adalah akibat efek rumah kaca yang menurut sebagian ahli disebabkan oleh meningkatnya kandungan gas Karbon Dioksida (CO2) dan partikel polutan lainnya di atmosfer Bumi. Diibaratkan selimut, gas-gas tersebut akan menghalangi energi panas yang dipantulkan kembali oleh Bumi ke ruang angkasa.

Untuk membayangkan efek rumah kaca ini sangat mudah. Mungkin ada di antara anda yang sudah pernah merasakan bagaimana ketika pertama kali memasuki sebuah mobil yang diparkir di tempat yang panas. Temperatur di dalam mobil akan terasa lebih panas daripada temperatur di luar, karena energi panas yang masuk ke dalam mobil terperangkap di dalamnya dan tidak bisa keluar.

Pada kondisi yang normal, efek rumah kaca adalah "baik" karena dengan demikian Bumi akan menjadi hangat dan dapat menjadi tempat hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanpa efek rumah kaca, bagian Bumi yang tidak terkena sinar matahari akan menjadi sangat dingin seperti di dalam freezer lemari es anda (-18C). Sejarah terbentuknya Bumi hingga bisa ditempati oleh manusia seperti saat ini sebenarnya tak lepas dari 'jasa' efek rumah kaca. Jadi sebenarnya yang namanya efek rumah kaca itu sudah ada sejak jaman dahulu kala seiring dengan proses terbentuknya Bumi.

Kondisi akan menjadi tidak baik jika kandungan gas-gas rumah kaca di atmosfer Bumi semakin hari semakin meningkat. Kenapa demikian? karena dengan semakin meningkatnya gas-gas rumah kaca, semakin memanas pula Bumi, akibatnya akan terjadi pencairan es di daerah kutub yang dapat menenggelamkan sebagian daratan tempat manusia dan makhluk-makhluk hidup darat lainnya tinggal.

Gas rumah kaca yang saat ini banyak disalahkan oleh sebagian ahli pengusung isu pemanasan global adalah gas CO2 di atmosfer. Sementara sebagian ahli lain berpendapat bahwa sebenarnya jumlah CO2 di atmosfer tidak cukup signifikan untuk dijadikan "kambing hitam" pemanasan global karena jumlahnya yang hanya 0.04%. Selain itu, para ahli ini juga menyatakan bahwa seluruh gas yang ada di atmosfer adalah gas rumah kaca, tanpa terkecuali dimana komposisi terbesar adalah nitrogen (78%), oksigen (21%) dan uap air (hingga 3%). Nah lo, pusing kan jadinya? Santai, tidak perlu pusing...

Lalu, apakah yang menyebabkan meningkatnya kandungan karbon dioksida dan partikel polutan di atmosfer? Ternyata kontribusi terbesar adalah akibat pemakaian bahan bakar fosil seperti batubara, gas dan minyak Bumi. Ketiga jenis bahan bakar tersebut adalah yang paling murah saat ini jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Pemakaiannya pun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang sangat berarti setelah tercetusnya revolusi industri. Apalagi kalau sekarang kita sering merasakan kemacetan di mana-mana akibat jumlah kendaraan bermotor dan "bermobil" yang meningkat. Pabrik/industri yang tumbuh di mana-mana untuk memenuhi pola konsumsi masyarakat modern yang semakin hari semakin meningkat. Namun hal ini juga disangkal oleh sebagian ahli. Menurut mereka, kontribusi dari penggunaan bahan bakar fosil di seluruh dunia dalam menambah jumlah CO2 hanyalah 0,013% (sedikit sekali bukan?). Wah jadi makin seru deh sampai di sini...

Pro dan kontra terus terjadi, namun demikian seiring dengan adanya Protokol Kyoto (1997), Beberapa negara maju sepakat untuk mengurangi jumlah emisi gas CO2 dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil sebanyak 30% dalam 10 tahun ke depan. Untuk itu saat ini beberapa negara maju/industri telah mencoba mengembangkan metode dan teknologi dalam rangka memanfaatkan sumber-sumber energi alternatif yang (lebih) ramah lingkungan, terutama sumber energi yang terbarukan.

Apa itu energi terbarukan? Energi terbarukan adalah lawan kata dari energi tak terbarukan (anak kecil juga tahu kalau gitu sih). Jadi begini, energi terbarukan adalah energi yang dapat dipakai secara terus- menerus tanpa perlu kuatir sumber dari energi tersebut akan habis. Lawan katanya adalah energi tak terbarukan yaitu energi yang jika dipakai secara terus-menerus akan habis pada suatu waktu tertentu. Jadi jelas kan sekarang? Apa saja contoh dari energi terbarukan? banyak sekali, seperti energi angin, matahari, panas bumi, air, dan biomassa (berasal dari tanaman perkebunan, pertanian, hutan, sampah, dan peternakan).

Sebenarnya, secara alamiah di alam, akibat adanya interaksi antara laut dan udara (seperti TNI aja ya?), jumlah energi panas yang ada di atmosfer dan di permukaan laut akan dapat dikontrol oleh mekanisme global conveyor belt. Apa itu global conveyor belt? Global conveyor belt adalah sirkulasi global yang berperan dalam mentransfer (memindahkan) energi panas dari suatu tempat ke tempat lainnya melalui aliran udara dan air laut. Pola iklim di bumi diatur oleh mekanisme ini.

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa 'ketakutan' dan analisis sebagian ahli akan pemanasan global selama ini masih baru didasarkan melulu pada hasil model numerik yang belum secara 'sungguh-sungguh' dibandingkan dengan data pengamatan. Selain itu, kebanyakan model yang digunakan saat ini masih jauh dari sempurna dalam merumuskan mekanisme rumit sesungguhnya yang terjadi di Bumi.

Memang pemanasan global sedang dan terus akan terjadi, demikian juga dengan efek rumah kaca. Mencairnya es yang terbentuk sejak jaman es pun terus berlangsung karena memang temperatur bumi mengalami perubahan dari semenjak es itu dahulu terbentuk, permukaan laut pun terus mengalami kenaikan (yang dikenal dengan istilah sea level rise). Siklus seperti itu terus terjadi dan takkan terhindarkan. Sebagian pakar menyatakan bahwa fenomena itu masih merupakan suatu kewajaran yang memang harus terjadi dan tak perlu ditakutkan, sementara itu pakar yang lain -seperti yang telah saya tuliskan di atas- menyatakan bahwa dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini "kecepatan" dari fenomena ini meningkat dan berada pada level yang "sangat mengkhawatirkan", artinya jika "masa mengkhawatirkan" ini tidak segera diredam, maka ke depannya peradaban manusia akan mengalami masalah yang serius.

Jadi memang tak ada salahnya untuk membuat suatu aksi yang positif. Setidaknya, dengan mengurangi emisi CO2 dan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil serta mencoba alternatif energi ramah lingkungan dan terbarukan, akan menjadikan Bumi sedikit bersih dari polutan yang telah membuat manusia sesak nafas dan teracuni paru-parunya. Apalagi untuk Indonesia yang saat ini berada pada tingkat polusi yang katanya sudah agak membahayakan bagi kesehatan penduduknya.

Pemanasan Global dan Membekunya Eropa
Ada sebuah artikel menarik dari Science Daily yang pernah saya baca yang membahas tentang dampak dari pemanasan global di Eropa. Artikel ini ditulis berdasarkan pada hasil simulasi numerik jangka panjang tentang apa yang akan terjadi jika laju penambahan gas rumah kaca terus bertambah di atmosfer Bumi. Dalam jangka panjang, ternyata Eropa akan semakin dingin jika pemanasan global terus berlangsung. Pertanyaannya adalah: “Apa yang menyebabkan Eropa akan semakin dingin?”

Untuk membahas masalah ini, sebelumnya anda perlu tahu tentang apa yang disebut dengan Great Ocean Conveyor Belt, yaitu sebuah sirkulasi laut global yang di dalam sirkulasi tersebut terjadi pemindahan energi panas yang diserap oleh laut dari daerah tropis -yang mengalami radiasi matahari yang relatif tetap sepanjang tahun- ke daerah lintang menengah dan tinggi yang menerima energi radiasi matahari yang berbeda pada saat musim dingin dan panas (akibat sumbu rotasi bumi yang membentuk sudut 23.5 derajat terhadap garis edarnya).

Akibat suhu yang dingin di sekitar kutub utara (Greenland), maka akan terjadi pembekuan air laut. Pembekuan air laut ini akan melepaskan garam yang terkandung di dalam air laut tersebut (oleh sebab itu, kenapa es di kutub tidak berasa asin karena garamnya tidak ikut membeku). Pelepasan garam ini akan menjadikan salinitas air laut menjadi lebih tinggi sehingga densitas air laut di sana pun menjadi lebih tinggi pula, akibatnya massa air laut akan turun (dikenal sebaga fenome sinking atau downwelling atau bisa juga disebut sebagai arus laut yang bergerak ke kedalaman). Kekosongan akibat turunnya massa air laut yang memiliki densitas yang besar tersebut akan diisi oleh massa air laut di sekitarnya, yaitu dari daerah lintang yang lebih rendah atau daerah tropis. Air laut di tropis yang hangat inilah yang menjadikan iklim di lintang menengah dan tinggi tetap cukup hangat.

Pemanasan global akan menyebabkan terjadinya pencairan es di kutub. Hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah air, sehingga terjadi pengenceran air laut. Akibatnya, densitas air laut menjadi berkurang sehingga proses sinking atau downwelling pun akan melemah. Melemahnya proses ini akan mengurangi jumlah air hangat yang masuk dari daerah tropis. Akibat selanjutnya, iklim di lintang menengah dan tinggi tidak lagi sehangat sebelumnya, dan ini yang akan memicu terjadinya Eropa yang membeku dalam jangka panjang.
Nah, kalau Eropa akan membeku dalam jangka panjang akibat pemanasan global, lalu apa yang akan terjadi dengan daerah tropis? Mungkin lain kali saya akan bahas hal ini.


Written By : oseanografi.blogspot.com

Diunduh dari :
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pro%20dan%20Kontra%20Pemanasan%20Global%20(Global%20Warming)&&nomorurut_artikel=169


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Rabu, 24 Maret 2010

Es Kutub Mencair sudah mencapai lebih dari 2 triliun ton -UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU-

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global.

"Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.

Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.

Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.

"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.


Diunduh dari : http://artikelglobalwarming.blogspot.com/


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Sabtu, 20 Maret 2010

Dream City with no-Polution -"Universitas Surabaya Kampus Hijau"-

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Masdar City : Konsep Kota " Go Green" Pertama Di Dunia dengan Ide yang Menakjubkan


MASDAR CITY

http://i45.tinypic.com/99hw21.jpg

Spoiler for Lokasinya..:

http://i48.tinypic.com/2akug3.jpg

Spoiler for Masdar City:

http://i48.tinypic.com/nehmaa.jpg

Quote:

Definisi : Masdar (bahasa Arab: مصدر, Masdar, secara harfiah sumber) merupakan sebuah proyek di Abu Dhabi, di Uni Emirat Arab. Intinya adalah sebuah kota terencana, yang sedang dibangun oleh Abu Dhabi Future Energy Company, sebuah anak perusahaan dari Mubadala Development Company, dengan sebagian besar modal yang disediakan oleh pemerintah Abu Dhabi Dirancang oleh biro arsitektur Foster + Partners dari Inggris. Kota ini akan bergantung sepenuhnya pada energi matahari dan sumber energi terbarukan lainnya, dengan berkelanjutan, nol-karbon, nol-limbah ekologi.
Kota ini sedang dibangun 17 kilometer (11 mil) timur-selatan-timur kota Abu Dhabi, di samping Bandar Udara Internasional Abu Dhabi.

Spoiler for Masdar City:

http://i45.tinypic.com/2woka6x.jpghttp://i48.tinypic.com/s49wlx.jpghttp://i49.tinypic.com/20i6hk3.jpg



Proyek ini dipimpin oleh Abu Dhabi Future Energy Company (ADFEC). Dimulai pada 2006, proyek ini diperkirakan menelan biaya US $ 22 miliar dan mengambil delapan tahun untuk membangun, dengan tahap pertama dijadwalkan akan lengkap dan dihuni di 2009. Kota ini direncanakan dibangun dengan cakupan area seluas 6 kilometer persegi (2.3 mil ²) dan akan menjadi rumah bagi 45.000 sampai 50.000 orang serta 1.500 kegiatan bisnis, terutama komersial dan fasilitas manufaktur yang mengkhususkan diri pada produk-produk ramah lingkungan, dan diperkirakan lebih dari 60.000 pekerja dan karyawan yang beraktivitas di kota sehari-hari.

Spoiler for Masdar City Car :

http://i47.tinypic.com/o7t1g0.jpghttp://i48.tinypic.com/iznoz7.jpghttp://i46.tinypic.com/34tcyae.jpg



Kendaraan berbahan bakar fosil akan dilarang beroperasi di dalam kota karena seluruh aktivitas sehari-hari disediakan melalui transportasi massal publik dan sistem transit cepat pribadi, dengan jalan yang sudah ada dan rel kereta api yang menghubungkan ke lokasi lain di luar kota.

Didalam kotanya gak kalah dahsyat dan keren gan http://www.anikaos.com/0002-anime/naruto_smilies/naruto_venere.gif:

Spoiler for View Kota:

http://i46.tinypic.com/95v8tw.jpg

http://i46.tinypic.com/23saopk.jpg

http://i45.tinypic.com/1zx5b21.jpg

http://i48.tinypic.com/2hfqpur.jpg

http://i47.tinypic.com/2v9cj7b.jpg

http://i47.tinypic.com/zwyxdk.jpg




Kalo yang berminat sabar ya gan karena saat ini dalam proses pengerjaan http://i48.tinypic.com/24needd.jpg:

Spoiler for under construction :

http://i47.tinypic.com/2q1tmhi.jpg
http://i47.tinypic.com/15q65oy.jpghttp://i50.tinypic.com/2n8olck.jpg



UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Yang hijau-hijau di "Universitas Surabaya Kampus Hijau"

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU




Selalu dan selalu saya ingatkan dan bahas tentang Universitas Surabaya Kampus Hijau.
Tidak semata-mata untuk mendapatkan "gelar" kampus hijau, tetapi gerakan kampus hijau ini juga sebagai gerakan untuk mengurangi dampak dari global warming.


Tidakkah kita sering sekali merasakan udara panas yang amat sangat setelah hujan selesai??
Yang jadi pertanyaan karena saya tidak tahu, apakah hal tersebut adalah dampak global warming??


Sebagai orang yang masih menyadari bahwa lingkungan kita dalam bahaya, sebaiknya marilah kita "Go Green"!
Buatlah sekitar kampus kita menjadi hijau. Sehingga kampus kita, universitas surabaya menjadi kampus hijau.

Seperti foto-foto di bawah ini, hijau banget kan ubaya??hehe.

Mari kita lihat yang hijau-hijau di universitas surabaya kampus hijau!

Foto di atas diambil di sekitar Fakultas Ekonomi -Universitas Surabaya Kampus Hijau-

Foto di atas diambil dari depan BAR -Universitas Surabaya Kampus Hijau-


Foto di atas diambil di sekitar Fakultas Ekonomi dan BAR -Universitas Surabaya Kampus Hijau-





UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Kamis, 18 Maret 2010

New Place in UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"


Saat ini, UBAYA (UNIVERSITAS SURABAYA) "KAMPUS HIJAU" telah membuat tempat khusus di tengah taman.
Seperti yang terlihat di gambar berikut :




UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU (Gambar 2)


Apa sih tempat itu? Mengapa ada di Ubaya kampus hijau?

Itu adalah tempat khusus merokok di area kampus. Itu cuma beberapa tempat yang saya ambil untuk ditunjukkan. Masih ada beberapa tempat lagi di beberapa sudut universitas surabaya kampus hijau.

Menurut pengamatan saya, tidak banyak yang duduk di sana untuk merokok. Malahan tempat tersebut lebih nyaman untuk bersantai, dikelilingi dengan tanaman-tanaman hijau. Apalagi kalau udara panas. Lihat yang "hijau-hijau", rasanya segaaarrrr.....

Dari kedua gambar di atas, bukankah sangat terlihat bila kampus ubaya sangat hijau?? Tidakkah universitas surabaya sangat cocok menjadi "kampus hijau"?

Untuk mewujudkannya, kita sebagai warga kampus, bisa sama-sama menghijaukannya dan membuat kampus bersih. Misalnya, dengan tidak membuang sampah sembarangan, merokok di tempat-tempat yang tersedia seperti gambar di atas, dan mungkin kita bisa menyumbang tanaman hijau.

Dengan begitu, kampus kita bisa semakin hijau.


"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

Selasa, 16 Maret 2010

Penghijauan-UBAYA Kampus Hijau

oleh : UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


Seringkali kita mendengar tentang gerakan penghijauan untuk menyelamatkan lingkungan serta bumi kita. Dari dahulu, gerakan ini sudah digalakkan. Sekarang, apa sih penghijauan??

PENGHIJAUAN adalah salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Begitu pentingnya sehingga penghijauan sudah merupakan program nasional yang dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Banyak fakta yang menunjukkan bahwa tidak jarang pembangunan dibangun di lahan pertanian maupun ruang terbuka hijau. Padahal tumbuhan dalam ekosistem berperan sebagai produsen pertama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk lainnya dan mengubah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis. Sehingga dengan meningkatkan penghijauan di perkotaan berarti dapat mengurangi CO2 atau polutan lainnya yang berperan terjadinya efek rumah kaca atau gangguan iklim. Di samping vegetasi berperan dalam kehidupan dan kesehatan lingkungan secara fisik, juga berperan estetika serta kesehatan jiwa. Mengingat pentingnya peranan vegetasi ini terutama di perkotaan untuk menangani krisis lingkungan maka diperlukan perencanaan dan penanaman vegetasi untuk penghijauan secara konseptual.

Dari berbagai pengamatan dan penelitian ada kecenderungan bahwa pelaksanaan penghijauan belum konseptual, malah terkesan asal jadi. Memilih jenis tanaman dengan alasan mudah diperoleh, murah harganya dan cepat tumbuh.

Begitu pentingnya peranan tumbuhan di bumi ini dalam menangani krisis lingkungan terutama di perkotaan, sangat tepat jika keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota.

Penghijauan berperan dan berfungsi

(1) Sebagai paru-paru kota. Tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan;

(2) Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman dan segar;

(3) Pencipta lingkungan hidup (ekologis);

(4) Penyeimbangan alam (adaphis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya;

(5) Perlindungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu);

(6) Keindahan (estetika);

(7) Kesehatan (hygiene);

(8) Rekreasi dan pendidikan (edukatif);

(9) Sosial politik ekonomi.


Begitu banyak manfaat dari penanaman tanaman hijau di lingkungan kita. Kita dapat memulainya untuk kampus kita ubaya. Sehingga dapat menjadikan ubaya sebagai kampus hijau yang memberikan manfaat besar bagi kita semua.


Disadur dari : http://greenlumut.wordpress.com/tag/penghijauan/


"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU




Senin, 15 Maret 2010

Foto-foto Ubaya Kampus Hijau

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU


UBAYA (UNIVERSITAS SURABAYA) yang terletak di Tenggilis, sedang gencar melaksanakan program "Green Campus" (kampus hijau).

Tidaklah berat seharusnya untuk mewujudkannya menjadi kampus hijau.
Melihat UBAYA sudah cukup hijau.

Lihat saja dari foto kampus ubaya berikut :


Universitas Surabaya Kampus Hijau (Gambar 1)




Universitas Surabaya Kampus Hijau (Gambar 2)



Universitas Surabaya Kampus Hijau (Gambar 3)



Bersih kan?? Hijau kan kampus ubaya kita??

Bayangkan saja apabila kampus kita dibuat semakin hijau. UBAYA akan semakin indah dan asri. Dari hal yang sederhana ini, kepedulian kita terhadap lingkungan kampus. Diharapkan mampu membantu mengurangi issue global warming.
Dengan membuat ubaya menjadi kampus hijau, kita juga merasa senang dan nyaman di kampus. Teduh dan rindang saat udara panas.

Ini masih sebagian tempat. Selajutnya, kita lihat lagi dimana lagi ada yang hijau di universitas surabaya.

Keep remember thus slogan :
"Go Green ! Stop Global Warming !"




UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU...
UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU...
UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU...
UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU...
UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU...
UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU...


"UBAYA KAMPUS HIJAU"
UBAYA KAMPUS HIJAU
UBAYA KAMPUS HIJAU

"UBAYA KAMPUS HIJAU"
UBAYA KAMPUS HIJAU
UBAYA KAMPUS HIJAU

"UBAYA KAMPUS HIJAU"
UBAYA KAMPUS HIJAU
UBAYA KAMPUS HIJAU





Minggu, 14 Maret 2010

UBAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Universitas Surabaya mulai gencar melaksanakan program untuk menjadikan kampus ubaya hijau. Buktinya terdapat beberapa usaha agar tujuan itu tercapai. Salah satunya yaitu dengan adanya pembuatan tempat khusus perokok.

Saat ini, tidak sembarang tempat dapat dijadikan tempat merokok oleh mahasiswa. Dibuatlah tempat khusus dekat taman-taman yang ada di kampus untuk merokok. Hal ini sangat baik dan merupakan langkah bijak untuk membawa kampus ubaya menjadi kampus hijau, asri, dan bebas polusi.

Namun, sekarang masih kurang adanya tanaman hijau yang ditanam. Belum semua tempat "memiliki" tanaman hijau. Seperti yang saya bahas pada post sebelumnya, tiap mahasiswa ubaya bisa membantu dengan menanam satu pohon, "Satu pohon satu jiwa"....

Sebagai upaya menjadikan universitas kita, UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU. KAMPUS UBAYA HIJAU!

GO GREEN, STOP GLOBAL WARMING!



"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

Sabtu, 13 Maret 2010

Lagi... Tentang UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Ubaya Kampus Hijau

Di bulan ini, sepertinya cuaca sudah mulai berubah... Curah hujan sudah berkurang dan udara mulai panas. Sepertinya issue "Global Warming" semakin terlihat. Cuaca berubah tidak tepat lagi pada bulannya. Seharusnya (kalau saya tidak salah ingat), musim kemarau dimulai April-September. Namun, awal-awal bulan ini, sudah pancaroba. Panasnya itu yang membuat saya tidak betah. Bagaimana menurut pembaca??

Untuk itulah, kita sebagai generasi muda, baiknya untuk membantu mengurangi issue Global Warming. Salah satunya dengan peduli lingkungan sekitar. Lingkungan yang paling dekat dengan kita adalah rumah. Dengan menanam sekitar rumah dengan tanaman hijau , udara sekitar paling tidak terasa sejuk dan tidak kering. Tidak merokok, merupakan salah satu cara juga untuk menciptakan lingkungan tetap asri dan hijau.

Lingkungan yang berikutnya paling dekat dengan kita adalah kampus. Di kampus ubaya, kita bisa membantu dengan menyumbangkan tanaman hijau, menjaga kebersihan, dan tidak merokok di area kampus misalnya. Meskipun banyak cara, tapi itulah sebagian cara yang sederhana untuk ditempuh.

Demi mewujudkan UNIVERSITAS SURABAYA sebagai KAMPUS HIJAU, Marilah kita mulai berusaha dari sekarang. Saling menyadari....
Kita tidak mau bukan bila kampus kita menjadi kumuh dan sering banjir kan??



Keadaan UBAYA saat banjir


Come on... Make our campus green. Maybe,the most green campus in Surabaya! :)

"UBAYA KAMPUS HIJAU"

"UNIVERITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"


Jumat, 12 Maret 2010

Mari Jadikan UBAYA sebagai KAMPUS HIJAU

UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU

Pernahkah kita membayangkan, betapa indah dan nyamannya bila di kampus kita
penuh banyak pepohonan yang hijau? Udara sekitar menjadi segar dan nyaman. Saat
pikiran kita penat setelah belajar seharian di kampus, "disegarkan" oleh tanaman
yang hijau dan rindang...

Meskipun di "ubaya" sudah cukup banyak tanaman "hijau", masih banyak tempat yang
memerlukan penghijauan. Sehingga, di setiap sudut kampus ubaya menjadi nyaman
dan menyegarkan. Tidak hanya itu, issue global warming pun mungkin paling tidak
bisa diminimalkan melalui tindakan sederhana kita untuk kampus misalnya.

Tindakan tersebut mungkin bisa diwujudkan melalui pengumpulan tanaman.
Seperti slogan yang sering kita dengar "Satu Pohon Satu Jiwa".
Dengan mengumpulkan 1 tanaman seperti ini, misalnya :




Kita mungkin bisa membuat kampus ubaya menjadi "the most green campus at Surabaya".

Tidakkah kita menginginkan kampus asri seperti ini ?
Di bawah ini contoh dari Kelley School of Business







Di luar negeri banyak terdapat kampus yang hijau. Berikut salah satu link untuk melihat
15 kampus hijau di dunia : http://www.grist.org/article/colleges1/


Di post kan oleh :

"Universitas Surabaya Kampus Hijau"
"Universitas Surabaya Kampus Hijau"
"Universitas Surabaya Kampus Hijau"


Kamis, 11 Maret 2010

Problem kelalaian dalam mengelola Sumber Daya Air (SDA) akan berakibat bencana. Wacana privatisasi SDA pun semakin nyata dirasakan masyarakat. Potret konflik SDA di berbagai daerah kian meluas. Cepat atau lambat, krisis kelangkaan air akan terjadi di Indonesia.

Sejak tahun 1998, 208 negara di dunia telah mengalami kelangkaan air, bahkan angka ini diperkirakan akan naik menjadi 56 negara pada tahun 2025. Meluasnya konflik air di Indonesia, kerap memicu peluang Indonesia menjadi bagian dari negara yang mengalami kelangkaan air tersebut. Jika akar masalah tidak segera diselesaikan dan model pengelolaan air tidak segera diperbaiki, maka ancaman tersebut akan terjadi.

Air adalah sumber kehidupan. Satu definisi yang ironi terdengar saat ini. Di tengah giatnya pemerintah mendongkrak sumber dana dari sektor tambang dan perkebunan, pada saat yang sama sumber daya air kian menyusut. Untuk itu, persoalan air, harus dilihat sebagai fokus kajian persoalan lingkungan.

Praktek salah urus pengelolaan SDA justru bermuara dari kebijakan. Salah satu kebijakan yang menuai kecaman banyak pihak adalah Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UUSDA). Sejak lahirnya peraturan tersebut pada tanggal 19 Februari 2004, Peraturan Daerah (Perda) yang terkait privatisasi air kian menjamur. Betapa tidak, beberapa pasal dalam peraturan tersebut memberikan peluang privatisasi sektor penyediaan air minum, dan penguasaan sumber-sumber air (air tanah, air permukaan, dan sebagian badan sungai) oleh badan usaha dan individu. Akibatnya, hak atas air bagi setiap individu terancam dengan adanya agenda privatisasi dan komersialisasi air di Indonesia.

Krisis Air Yang Berlangsung Secara Terus - Menerus Di Afrika
Krisis Air Yang Berlangsung Secara Terus - Menerus Di Afrika
Persoalan tersebut justru menuai konflik baru, di tengah runtuhnya kedaulatan rakyat atas air oleh swasta selama ini. Selain itu, agenda ini justru didorong oleh lembaga keuangan (World Bank, ADB, dan IMF) di sejumlah negara sebagai persyaratan pinjaman. Parahnya, UUSDA ini lahir sebagai bagian dari persyaratan pencairan pinjaman program WATSAL dari World Bank.

Setidaknya terdapat tiga hal yang perlu dicermati dari UUSDA tersebut. Pertama, UUSDA membuka peluang sebesar-besarnya terhadap privatisasi, baik itu yang dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan swasta. Privatisasi SDA dengan mudah dapat diperoleh hanya dengan mengantongi izin pemerintah. Parahnya, praktek perizinan selama ini korup dan menyampingkan hak masyarakat.

Melalui privatisasi ini, maka jaminan pelayanan hak dasar rakyat banyak tersebut ditentukan oleh swasta dengan mekanisme pasar. Dalam hal ini, World Bank justru menyatakan “Manajemen sumberdaya air yang efektif haruslah memperlakukan air sebagai “komoditas ekonomis” dan “ partisipasi swasta dalam penyediaan air umumnya menghasilkan hasil yang efisien, peningkatan pelayanan, dan mempercepat investasi bagi perluasan jasa penyediaan”. (World Bank, 1992).

Menurut World Bank, air yang diperoleh masyarakat saat ini masih berada di bawah “harga pasar” dan perlu dinaikkan. Baik World Bank dan ADB dalam “Kebijakan Air”-nya mendorong diterapkannya mekanisme harga yang mengadopsi apa yang disebut sebagai Full Cost Recovery. Secara singkat, Full Cost Recovery berarti konsumen membayar harga yang meliputi seluruh biaya. Dengan demikian privatisasi, sebagaimana yang telah terjadi di sejumlah negara, identik dengan kenaikan harga tarif air.

Krisis air menjadi masalah yang semakin mengancam umat manusia
Krisis air menjadi masalah yang semakin mengancam
umat manusia
Kedua, hak masyarakat sekitar hutan yang selama ini mengambil air dari sumber air di wilayahnya kian terancam. Mereka harus rela membagi Air yang selama turun temurun mereka ambil secara gratis untuk kepentingan swasta. Bahkan, bukan tidak mungkin, mereka pun harus membayar, tergantung pada kebijakan pemerintah setempat. Fakta hari ini menunjukkan, pemerintah daerah kerap mendongkrak pendapatan asli daerahnya (PAD) ketimbang kebutuhan masyarakatnya. Dalam hal ini, semakin menunjukkan adanya legitimasi Pelanggaran HAM atas rakyat oleh negara.

Betapa tidak, pada tahun 2002, Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya PBB dalam komentar umum No.15 memberikan penafsiran yang lebih tegas terhadap pasal 11 dan 12 Konvensi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dimana hak atas air tidak bisa dipisahkan dari hak-hak asasi manusia lainnya. Dengan kata lain jaminan terhadap hak atas air bagi masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah.

Ketiga, ambiguitas peraturan perundang-undangan selama ini kerap menuai penafsiran beragam. Dalam UUSDA, kemungkinan penafsiran lebih diarahkan untuk memperbesar peluang pemberian hak guna usaha atas air. Sikap reaktif pemerintah tersebut telah memunculkan kasus di berbagai daerah, misalnya saja kasus Perda retribusi air Kab Mojokerto Jawa Timur, kasus kelangkaan air untuk irigasi sawah petani akibat usaha bendungan milik swasta di Karawang Jawa Barat, dan lain sebagainya. Di sisi lain, konflik petani Kedung Ombo Jawa Tengah setidaknya menjadi bukti, bahwa usaha swastanisasi tersebut menyengsarakan rakyat.


Penghancuran lingkungan
Tanpa disadari, saat ini kita sedang menghadapi bencana baru, yakni proses dehumanisasi yang diakibatkan oleh kebijakan yang tidak pro rakyat. Proses dehumanisasi tersebut muncul dengan berbagai reaksi, mulai dari kekerasan struktural, pemiskinan dan peminggiran, serta pengkhianatan atas pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan begitu, pemenuhan HAM yang dulu pernah menjadi strategi peradaban manusia untuk melindungi martabat manusia, saat ini secara sistematik dan struktural dikhianati oleh negara.

Keyakinan pemerintah terhadap privatisasi, membuat pemerintah seolah reaktif dengan melahirkan kebijakan yang memberi peluang menjual aset negara kepada investor swasta. Persoalan klasik ini justru menyengserakan masyarakat miskin. Di berbagai tempat, kebijakan tersebut justru membawa bencana lingkungan hidup dan HAM. Akibatnya, masyarakat tidak punya pilihan lain, kecuali melepaskan sumber alam dan tanah mereka.

Privatisasi sumber air banyak mengakibatkan kerusakan ekologi
Privatisasi sumber air banyak mengakibatkan kerusakan ekologi
Saat ini, penghancuran lingkungan berupa pencurian keanekaragaman hayati melalui rezim paten, privatisasi dan komodifikasi air maupun pelayanan sosial menjadikan negara tidak mampu lagi mempertahankan jati diri sebagai pelindung warga negara. Negara menjadi lemah karena jebakan dan intervensi tersebut.

Krisis air adalah dimensi kerusakan ekologis bumi yang paling menyebar, paling sulit dan paling tidak terlihat. Persoalan ini bukan hanya terjadi akibat pertumbuhan populasi, tapi diperparah oleh penggunaan air yang berlebihan. Dalam hal tersebut, manusia telah merusak bumi dan menghancurkan kapasitasnya untuk menerima, menyerap dan menampung air. Pembabatan hutan dan pertambangan telah menghancurkan kemampuan serap yang dimiliki tanah untuk menyimpan air. Hal lain yang tak bisa dipungkiri, meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak telah menyebabkan polusi udara dan perubahan iklim yang menjadi penyebab utamanya banjir dan kekeringan.

Akhirnya, krisis ekologi yang kian parah mengharuskan kita untuk mempertimbangkan nilai dan fungsi alam melalui audit kebijakan ekologis yang layak. Artinya, melakukan audit atas kelayakan kebijakan yang pro ekologis. Audit kebijakan ekologis ini harus menghormati fungsi lingkungan dan menghormati masyarakat. Untuk itu, gerakan lingkungan ini menjadi relevan mengantarkan perubahan kebijakan lingkungan di sektor air yang lebih baik, ditengah ancaman bagi peradaban manusia dan kelestarian lingkungan saat ini. Semoga!

Sumber : Maharani Siti Shopia
Peneliti pada Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Jakarta

Diunduh dari : http://www.nicky.co.id/20100203205/artikel-lingkungan-hidup/kebijakan_privatisasi_penyebab_krisis_air


"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"
"UNIVERSITAS SURABAYA KAMPUS HIJAU"

Rabu, 10 Maret 2010

Going 'Green' to Stop Global Warming

There has been a debate over the last ten years over the effects of global warming. There is no doubt that according to data there have been increases to the gasses in the natural greenhouse effect of our world due to increase in carbon dioxide from burning fossil fuels. The question in the debate is whether these increases are indeed causing global warming, and if so, what can be done to stop global warming from getting any worse.

Effects on the Earth

Temperature charts do show that the earth has warmed over the last hundred years almost one degree on average. This does not sound like much, but it doubles the trend one hundred years previous to that time. Scientists are watching the polar ice caps and the trends do not show much of a difference from previous years in melting of these ice caps. Large storms also are supposedly not caused by the increased temperatures, although there is a debate on this issue. Large storms like the El Ninos or Katrinas are caused by warmer temperatures over the global sea surface, so global warming can contribute to those issues.

Since global warming is caused mostly by the increase i

n carbon dioxide emitted into the air, the most practical thing that people as a whole can do to find ways to stop global warming is to decrease these emissions. Due to the recent gas crisis, more work is being done in order to help decrease these emissions from cars and trucks by creating vehicles that run on alternative sources of fuel. Since car pooling does not seem to have taken popular hold of more progressive nations, changing the fuel for cars and trucks seems like the best way to help stop global warming. Unfortunately, unless carpooling becomes a government mandate, it does not seem likely that people will give up their independent car use in the near future. There are also things being done by different industries to help lessen the carbon dioxide output in order to help stop global warming. Some plants are using recycled materials to burn rather than using new fuel sources. Other industrial plants are using more efficient filters on their output vents so that the carbon dioxide output is reduced to help stop global warming. There are some people that point to the amount of carbon dioxide that is released due to huge cattle ranches and the amount of meat that is eaten in the USA, and point people to eating a more vegetarian diet in order to help stop these emissions.

Diunduh dari artikel : http://www.healtharticles-lk.com/categories/Global-Warming-Articles/

Universitas Surabaya - UBAYA - To Be The First University in Heart and Mind

Maraknya isu global warming di seluruh dunia mulai mendapat perhatian dari masyarakat luas, mulai dari pemerintah kota, LSM, sampai pada lembaga-lembaga pendidikan, termasuk universitas. Konsep green university pun mulai dijalankan sebagai suatu bentuk kepedulian pada lingkungan sekitar. Ubaya juga ambil bagian dengan mewujudkan green university di Ubaya Training Center (UTC), Trawas.

“Konsep ini bukan karena sedang nge-trend atau kenapa, tapi memang karena kita punya kesadaran untuk menjaga lingkungan kita,” tutur Drs Darmo Handojo, Apt. Tentang green university, Direktur Integrated Outdoor Campus ini menegaskan bahwa tujuan utama dari konsep ini adalah mengedukasi masyarakat sekitar kampus dan tamu-tamu yang menginap di UTC. Targetnya, selepas menginap, tamu-tamu memiliki budaya hidup bersih dan tidak menganggap UTC adalah penginapan biasa.

Green University adalah suatu gagasan untuk lebih peduli pada lingkungan, terutama dalam lingkup lingkungan hidup. Tak hanya membuat konsep saja, namun ada langkah jelas yang sudah dilakukan di Kampus III Ubaya tersebut. Mulai dari rumah kompos di bawah pimpinan Pusdakota, rumah tenaga surya, pemilahan sampah basah dan kering, sampai pendayagunaan urin dan feses manusia. “Kita ingin sampah yang semula menjadi masalah bisa menjadi sesuatu yang luar biasa bila diolah dengan benar,” tukas penghobi baca dan basket ini.

Sejauh ini, hasil penguraian sampah basah dan kering dari rumah kompos digunakan sendiri untuk pupuk tanaman organik milik Ubaya. Tanaman organik yang ditanam ini bukan ditujukan semata-mata demi mencari untung, namun sekali lagi untuk memberi contoh nyata pada masyarakat. Begitu pula untuk rumah tenaga surya, meski masih dalam status trial and error, Ubaya berharap dalam jangka waktu ke depan bisa memetik hasilnya dan menunjukkan hasilnya pada masyarakat umum. “Kita kan hidup di negara tropis, jadi kita tidak hanya mengeluh kepanasan tapi bisa mendapat manfaat dari kelimpahan matahari ini,” tegas Darmo.

Meski dirasa mahal dalam pengembangannya, tapi konsep ini harus dimulai sejak sekarang sebelum benar-benar terlambat. Pria kelahiran 1 Maret 1951 ini berharap agar lewat Ubaya, visi edukasi pada masyarakat peduli lingkungan bisa terlaksana sehingga bencana alam yang terjadi karena kerusakan alam bisa dikurangi. “Mari kita mulai dari diri kita sendiri, sebelum memengaruhi yang lain,” tutupnya. (sv5)

Diunduh dari :
Universitas Surabaya - UBAYA - To Be The First University in Heart and Mind

Universitas Surabaya - UBAYA - To Be The First University in Heart and Mind

Seakan tak mau kalah dengan perguruan tinggi lainnya, saat ini Ubaya (UNIVERSITAS SURABAYA) juga mencanangkan program green campus(KAMPUS HIJAU) (istilah untuk universitas yang peduli pada lingkungan). Untuk itu, WU telah ”mengorek” informasi seputar green campus (KAMPUS HIJAU) kepada Drs Muhammad Rosiawan MT, salah seorang dosen Teknik Industri Ubaya.

Menurut pria berkacamata itu, tujuan dari program green campus (KAMPUS HIJAU) adalah Ubaya ingin berperan serta dalam penanganan perubahan iklim yang disebabkan oleh efek rumah kaca (Greenhouse Gas Effect). ”Efek tersebut diakibatkan kegiatan manusia yang banyak menghasilkan gas karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan Klorofluorokaron (CFC),” ulasnya. Gas-gas tersebut menyebabkan sinar matahari tidak bisa dipantulkan dan terkumpul ke awan sehingga kembali lagi ke bumi, akibatnya suhu bumi meningkat. Fenomena inilah yang menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga lama kelamaan daratan akan tenggelam.

Untuk mengantisipasi hal itu, pria yang hobi membaca itu mencoba menetapkan berbagai langkah yang harus diambil, terutama di Ubaya. Mulai dari penanaman pohon, penghematan energi, sampai pendirian kelompok pencinta lingkungan. ”Sebuah kampus yang ideal seharusnya melakukan penghijauan sekitar 30% dari luas lahan yang ada. Mengingat luas lahan Ubaya yang sekitar 30 hektar, saya rasa itu sudah cukup mendukung untuk dilaksanakan,” jelasnya. Selain itu seluruh civitas akademika Ubaya diharapkan menjaga kebersihan lingkungan. Tak kalah penting adalah meminimalisasi pengunaan energi, seperti mematikan lampu dan air jika sudah tak digunakan. ”Semua orang yang ada di Ubaya harus berkomitmen penuh untuk menciptakan suasana kampus yang ramah lingkungan. Bahkan seharusnya mahasiswa mampu melakukan terobosan seperti menciptakan energi alternatif,” tegas pria yang mengabdi di Ubaya sejak 1993 itu.

Tentunya untuk membina kesadaran di antara semua pihak, perlu adanya motivasi yang mendorong. Mulai dari teladan yang diberikan para pimpinan, pemberian apresiasi bagi yang berjasa di bidang lingkungan, penyediaan anggaran yang memadai sampai pemberian sanksi bagi yang melanggar.
Soal standar yang menjadi acuan, pria yang menjadi ketua masyarakat standarisasi koordinator wilayah Jawa Timur itu mengatakan bahwa Ubaya dapat menggunakan standar International Organization for Standardization (ISO) 14001 yaitu standarisasi internasional yang bertujuan mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi.

Aplikasinya meliputi pembangunan rumah ramah lingkungan, penebangan hutan secara legal, pemakaian bahan baku yang ramah lingkungan yaitu yang mudah didaur ulang. Bahkan di negara kita semua produk industri harus mencantumkan label Standar Nasional Indonesia (SNI) yang langsung dibawahi oleh ISO
Sebagai penutup, alumnus ITB ini berharap agar seluruh anggota Ubaya harus sadar lingkungan agar tercipta kebersihan kampus dan suasana belajar yang sehat dan nyaman. ”Kesadaran itu harus dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan harus dimulai sekarang juga,” tutup konsultan ISO di beberapa perusahaan ini. (re4)

Diunduh dari :
Universitas Surabaya - UBAYA - To Be The First University in Heart and Mind

Senin, 08 Maret 2010

Latar Belakang Global Warming

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

(Diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Global_warming)


Tujuan Blog Universitas Surabaya Kampus Hijau

Welcome to Universitas Surabaya Kampus Hijau!

Blog ini berisi tentang pembahasan UBAYA sebagai kampus hijau. Sebagai bahan tugas kuliah TKInternet.

Universitas Surabaya Kampus Hijau.....Universitas Surabaya Kampus Hijau....Universitas Surabaya Kampus Hijau......Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau.....Universitas Surabaya Kampus Hijau....Universitas Surabaya Kampus Hijau......Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau


Universitas Surabaya Kampus Hijau.....Universitas Surabaya Kampus Hijau....Universitas Surabaya Kampus Hijau......Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Tentang Universitas Surabaya Kampus Hijau



UNIVERSITAS SURABAYA mulai menggalakkan sebagai kampus hijau. Salah satu sudut bangunan di UBAYA tampak seperti gambar di atas, terlihat asri dan hijau.

Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau


Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau


Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau

Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
Universitas Surabaya Kampus Hijau
 


Pasang Iklan Gratis

Increase Page Rank